Nasihat untuk yang ingin melupakan mantan/gebetan
Kasmaran.
“Kasmaran
itu mudah dan amat manis pada awalnya, tetapi pada pertengahannya menyebabkan
kesulitan, kesibukan hati, bahkan penyakit jiwa; lalu akhirnya adalah
kebinasaan dan pembunuhan.
Awal mula
kasmaran adalah anggapan baik. Hal ini bisa melalui penglihatan atau
pendengaran. Sekiranya perkara ini tidak diiringi oleh hasrat untuk menjalin
hubungan dan justru diiringi dengan keputusasaan, niscaya perasaan tersebut
tidak akan pernah berubah menjadi kasmaran.
Jika timbul
hasrat kemudian ia mengalihkan pikirannya dan tidak menyibukkan hati dengan hal
tersebut, maka tidak akan terjadi kasmaran.
Seandainya ia
tetap berhasrat namun ia menimbang antara kenikmatan hubungan dengan rasa takut
terhadap perkara yang lebih besar seperti takut akan kemarahan Allah, takut
masuk neraka, takut semakin banyaknya dosa, sehingga rasa takut ini mengalahkan
hasrat dan pikirannya tadi, maka kasmaran tidak terjadi.
Lalu jika
dia takut kehilangan sesuatu yang dia cintai melebihi seseorang yang menjadi
objek kasmarannya, sehingga dia lebih mengutamakan hal tersebut daripada objek
kasmarannya, maka kasmaran pun tak akan terjadi”. (Ibnul Qayyim)
Kasmaran itu
sebenarnya sesuatu yang normal terjadi, sebagaimana ungkapan Ibnul Qayyim
rahimahullah dalam buku beliau Adda’ Wa Addawaa’:
“Kami tidak mengingkari adanya kerusakan kasmaran yang berupa perbuatan zina dengan objek yang dicintai. Namun, pembicaraan kali ini berkisar tentang kasmaran dengan terjaganya kehormatan yang berasal dari seorang pria cerdik; yang agama, kewibawaannya, dan kehormatannya mencegah dirinya merusak hubungan dengan Allah, juga merusak hubungan dengan orang yang dicintai dengan berbuat sesuatu yang haram. Inilah kasmarannya generasi Salafush Shalih yang mulia dan para imam yang terkemuka”.
Ada pula yang saat kasmaran kondisinya tak jauh beda dari pernyataan beliau rahimahullah. Awalnya sangat sulit mengakui bahwa di hati kita sebenarnya ada rasa. Ketika akhirnya menerima dan mangakui, hati malah jadi sibuk dengannya. Sekalipun perasaan itu hanya di simpan dalam hati dan tidak di bicarakan pada orang lain, meskipun tidak pernah ada komunikasi langsung dengan empunya. Karna bila jujur, awal mula kasmaran itu adalah pandangan yang tidak dijaga.
Seorang penyair
berkata:
Setiap bencana berawal
dari pandangan mata, sebagaimana api yang besar berasal dari percikan bara
Berapa banyak
pandangan sanggup menembus relung hati pemiliknya, seperti kekuatan anak panah
yang lepas dari busurnya
Seorang hamba, selama
mengumbar pandangannya untuk memandang selainnya, maka dia berada dalam bahaya
Ia menyenangkan mata
namun membahayakan hatinya, maka janganlah menyambut kesenangan yang membawa
bencana
Ibnul Qayyim
melanjutkan: Diantara bencana yang ditimbulkan pandangan adalah penyesalan,
malapetaka dan sakit hati. Bencana-bencana dunia dan akhirat lebih cepat
menimpa orang yang kasmaran melebihi kobaran api pada ranting kering, sebab
semakin hati itu dekat dengan cinta semu dan saat hubungan keduanya semakin
kuat, dia pun semakin jauh dari Allah. Hati yang paling jauh dari Allah adalah
hati orang yang kasmaran
Sangat relate, bukan? Kala kasmaran menyapa, seringkali membuat hati kita gelisah dan sibuk karena memikirkannya, benar-benar dipalingkan dari mengingat dan mendekat kepada Allah.
Ketika kita sudah menyadari bahwa hati ini ada yang tidak beres, maka hal yang pertama kali hendaknya dilakukan
adalah mencari obatnya. Resepnya ada didalam buku Adda’ Wa
Addawaa’.
1. Langkah
pertama, wajib baginya agar mengetahui tauhid kepada Allah, sunnah-sunnahNya,
dan ayat-ayatNya.
2. Kedua,
melaksanakan seluruh ibadah baik lahir maupun batin supaya hati tidak sibuk sehingga
tidak berpikir tentang kasmarannya.
3. Pelakunya
juga perlu memperbanyak ketundukan hati dan bersandar kepadaNya untuk memalingkan
perasaan cinta tersebut dan mengembalikan hatinya kepada Allah.
Inilah obat
yang disebutkan dalam Surah Yusuf ayat 24:
“… Demikianlah,
agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf
itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih”.
Darimana asalnya
cinta? Seorang penyair berkata
Cinta padanya
mendatangiku sebelum kukenal cinta
Hingga ia mendapati
hati yang kosong lalu menetap didalamnya
Setelah membereskan hati terlebih dahulu dengan cara-cara diatas, kita lanjut pada prakteknya. Bicara soal menghindari cinta ini, teladan kita adalah Nabi Yusuf ‘alaihissalam, klik untuk baca.
Hal lain
yang bisa kita lakukan adalah memusnah hal-hal (seperti tulisan, curhatan, di buku diary) yang
ada sangkut pautnya dengan si objek kasmaran. Terutama kita perempuan kebanyakan pasti suka menulis-nulis curhatan atau puisi-puisi cinta saat sedang kasmaran. Mungkin cara ini tidak mudah buat semua orang dan membutuhkan waktu, tapi
buat saya yang pernah mencobanya, ini cukup berefek.
Realistis saja,
kita semua ingin punya hati yang ‘beres’, dan tidak mungkin beres jika kasmaran
masih berlangsung sementara kita tidak berusaha untuk membereskannya dengan
nyata.
Terakhir,
kasmaran memang nikmat di awalnya, tapi tidak untuk hati yang didalam dada. Terutama
buat kita yang jatuh cinta sebelum menikah, tanpa kepastian, belum pula mampu
untuk mempertanggungjawabkan cinta tersebut dengan meminangnya, tidakkah itu
membuat hati kita yang berharga ini merasa sia-sia atas cinta yang tak pasti?
Siapapun yang membaca ini, semoga Allah menolong kita untuk lepas dari kasmaran yang
menyiksa hati. Percayalah, dengan membaca ini kita sudah menunjukkan 1
kepedulian atas hati dan kamu mengakui bahwa kasmaran membuat hati gelisah
dan tersibukkan. Selamat atas usaha ini, tinggal mempraktekkannya
dengan jujur dan mengharap ridho Allah.
Baarakallahu fiikum.
Referensi:
Ibnul Qayyim
Al-Jauziyyah. 1996. Adda’ Wa Ad-Dawaa’. Saudi
Arabia: Dar Ibnul Jauzi Riyadh
Comments
Post a Comment