Hijrahku Belum Selesai

Hijrah bukan sekadar perpindahan fisik dari satu tempat ke tempat lain, tapi juga perjalanan hati, pikiran, dan seluruh jiwa menuju kebaikan. Di era penuh fitnah seperti sekarang, tema hijrah menjadi semakin relevan. Banyak dari kita yang sedang atau pernah berhijrah, namun mungkin lupa bahwa hijrah bukan sebuah titik, melainkan garis yang terus memanjang hingga ajal menjemput.

Kajian kali ini disampaikan oleh Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc., M.A., dan membahas hakikat hijrah secara lebih luas. Bukan hanya dari sisi historis, tapi juga dari sisi spiritual yang menyentuh keseharian kita.

Makna dan Keutamaan Hijrah
Hijrah adalah ibadah besar yang Allah sebutkan dalam banyak ayat dan hadits. Allah berfirman dalam QS. An-Nisa: 100:

“Siapa yang berhijrah di jalan Allah, niscaya dia akan menemukan di muka bumi tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak.”

Rasulullah ï·º bersabda:

“Beribadah di masa fitnah seperti berhijrah kepadaku.”

Artinya, hijrah adalah bentuk kesungguhan dalam mempertahankan iman dan istiqamah dalam ibadah meski lingkungan atau keadaan tidak mendukung.

Jenis-Jenis Hijrah yang Harus Kita Pahami

  1. Hijrah Tempat: Seperti yang dilakukan Nabi dan para sahabat dari Makkah ke Madinah. Sekarang bentuknya bisa berupa berpindah dari lingkungan buruk ke lingkungan yang mendukung keimanan.
  2. Hijrah dari Maksiat: Meninggalkan pekerjaan yang haram, menjauhi tontonan dan pergaulan buruk, atau bahkan media sosial yang merusak hati.
  3. Hijrah Ilmu: Dari kebodohan menuju pemahaman yang benar, dari ikut-ikutan menuju pengamalan berdasarkan ilmu.

Belajar dari Para Nabi dan Orang Shalih

  • Nabi Ibrahim hijrah dari negeri penyembah berhala.
  • Nabi Musa meninggalkan Mesir menuju Madian.
  • Nabi Muhammad ï·º bersama sahabat hijrah demi menjaga dan menyebarkan agama.
  • Bahkan seorang pembunuh 100 nyawa pun berhijrah dan meninggal di jalan taubatnya—dan Allah menerima niatnya.

Hijrah yang Masih Berlaku Hingga Hari Ini
Meskipun hijrah dari Makkah ke Madinah telah selesai sejak Fathu Makkah, namun hijrah dari maksiat menuju ketaatan, dari kelalaian menuju kesadaran, tetap terbuka lebar.

Hijrah bukan soal ganti penampilan semata, tapi ganti arah hidup. Bukan hanya tentang awal yang semangat, tapi tentang bertahan di tengah jalan dan tetap istiqamah hingga akhir.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Hijrah tidak akan terputus selama taubat masih diterima, dan taubat akan tetap diterima hingga matahari terbit dari barat. Jika ia telah terbit (dari barat), maka dikuncilah setiap hati dengan apa yang ada di dalamnya dan dicukupkan bagi manusia amal yang telah dilakukannya.” *

Musnad Imam Ahmad (III/133-134, no. 1671) tahqiq Ahmad Syakir, beliau berkata, “Sanadnya shahih.” Ibnu Katsir berkata, “Ini adalah sanad yang jayyid lagi kuat.” An-Nihaayah/al-Fitan wal Malaahim (I/170).

Evaluasi Diri: Apakah Hijrah Kita Masih Berlanjut?

  • Apakah setelah ngaji bertahun-tahun, akhlak kita membaik?
  • Apakah shalat kita lebih khusyuk?
  • Apakah kita makin takut kepada Allah dan berharap rahmat-Nya?

Ilmu yang tidak diamalkan bisa menjadi bumerang. Maka, hijrah seharusnya melahirkan amal yang nyata, bukan hanya wacana dan status.

Selama nyawa belum dicabut, hijrah belum selesai. Jangan merasa cukup. Setiap hari adalah kesempatan untuk memperbarui niat dan memperbaiki amal. Mari terus melangkah, meski perlahan. Hijrah bukan tentang siapa yang paling cepat sampai, tapi siapa yang tetap teguh sampai akhir.

Semoga Allah memudahkan langkah-langkah hijrah kita dan menjadikannya sebab keselamatan dunia dan akhirat.

Catatan: Tulisan ini merupakan rangkuman dari kajian Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc., M.A.

 

* Referensi : https://almanhaj.or.id/765-setelah-matahari-terbit-dari-barat-taubat-tidak-lagi-diterima.html”

 

Comments

More